1.PENGERTIAN PERIODESASI SASTRA
Penggolongan sastra berdasarkan pembabakan waktu dari awal
kemunculan sampai dengan berkembangannya.
Periodisasi sastra
selain berdasarkan dari waktu kemunculannya juga berdasarkan dari cirri-ciri
sastra yang dikaitkan dengan situasi social dengan pandangan dan pemikiran
pengarang terhadap masalah yang dijadikan objek karya kreatifnya.
Periodisasi Menurut H.B. Jassin
A. Kesusastraan Melayu Lama
B. Kesusastraan Indonesia Modern, terdiri atas
1. Angkatan 20
2. Angkatan 33 atau Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 45
4. Angkatam 66
A. Kesusastraan Melayu Lama
B. Kesusastraan Indonesia Modern, terdiri atas
1. Angkatan 20
2. Angkatan 33 atau Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 45
4. Angkatam 66
A.
Zaman Sastra Melayu
Lama
Sastra Melayu muncul sejak bahasa Melayu itu
sendiri muncul pertama kali. Bahasa Melayu berasal dari daerah Riau dan Malaka,
berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok nusantara dibawa oleh pedagang. Pada
ragam karya sastra puisi, Sastra Melayu yang pertama berbentuk mantera, pantun,
syair. Kemudian, bermunculan pantun kilat (karmina), seloka, talibun, dan
gurindam. Sedangkan pada ragam karya sastra prosa, Sastra Melayu yang pertama
berbentuk cerita-cerita pelipur lara, dan dongeng-dongeng. Dongeng meliputi
legenda, sage, fabel, parabel, mite, dan cerita jenaka atau orang-orang
malang/pandir.Bahkan, ragam karya sastra melayu ada yang berbentuk hikayat,
tambo, cerita berbingkai, dan wiracarita (cerita panji). Pada cerita dongeng
sering isinya mengenai cerita kerajaan (istanasentris) dan fantastis.
Kadang-kadang cerita tersebut di luar jangkuan akal manusia (pralogis).
Zaman ini
melahirkan karya sastra berupa mantra, syair, pantun, hikayat, dongeng, dan
bentuk yang lain.
Cirri-ciri:
-
Masih menggunakan bahasa melayu lama
-
Umumnya bersifat anonym
-
Berciri istanasentris
-
Menceritakan hl-hal berbau mistis seperti dewa-dewi,
kejadian alam, peri, dsb.
B.
Sastra Indonesia Modern
Sastra Indonesia modern adalah sastra yang
berkembang setelah pertemuan dengan kebudayaan Eropa dan mendapat pengaruh
darinya.
1.
Angkatan th 20an
Angkatan 20 disebut juga angkatan Balai Pustaka. Balai Pustaka merupakan
nama badan yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1908. Badan
tersebut sebagai penjelmaan dari Commissie voor De Volkslectuur atau
Komisi Bacaan Rakyat.Commissie voor De Volkslectuur dibentuk pada
tanggal 14 April 1903. Komisi ini bertugas menyediakan bahan-bahan bacaan bagi
rakyat Indonesia pada saat itu. katan 20
ciri-ciri
angkatan 20 pada ragam karya sastra prosa:
- Menggambarkan pertentangan paham antara kaum
muda dan kaum tua.
- Menggambarkan persoalan adat dan kawin paksa termasuk
permaduan.
- Adanya
kebangsaan yang belum maju masih bersifat kedaerahan.
- Banyak
menggunakan bahasa percakapan dan mengakibatkan bahasa tidak terpelihara
kebakuannya.
(5). Adanya analisis jiwa.
(6). Adanya kontra pertentangan
antara kebangsawanan pikiran dengan kebangsawanan daerah.
(7). Kontra antarpandangan hidup
baru dengan kebangsawanan daerah.
(8). Cerita
bermain pada zamannya.
(9). Pada
umumnya, roman angkatan 20 mengambil bahan cerita dari Minangkabau, sebab
pengarang banyak berasal dari daerah sana.
(10).
Kalimat-kalimatnya panjang-panjang dan masih banyak menggunakan
perbandingan-perbandingan, pepatah, dan ungkapan-ungkapan klise.
(11). Corak
lukisannya adalah romantis sentimentil. Angkatan 20 melukiskan segala sesuatu
yang diperjungkan secara berlebih-lebihan.
2.
Angkatan 33 ( Pujangga Baru)
Nama
angkatan Pujangga Baru diambil dari sebuah nama majalah sastra yang terbit
tahun 1933. Majalah itu bernama Pujangga Baroe. Majalah Pujangga Baru dipimpin
oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, Sanusi Pane, dan Armijn Pane.
Keempat tokoh tersebutlah sebagai pelopor Pujangga Baru.
Angkatan Pujangga Baru disebut Angkatan Tiga Puluh. Angkatan
ini berlangsung mulai 1933 – 1942 (Masa penjajahan Jepang). Karya-karya sastra
yang lahir dalam angkatan ini mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis,
dan tidak terikat dengan tradisi, serta seni harus berorientasi pada
kepentingan masyarakat. Di samping itu, kebudayaan yang dianut masyarakat
adalah kebudayaan dinamis. Kebudayaan tersebut merupakan gabungan antara
kebudayaan barat dan kebudayaan timur sehingga sifat kebudayaan Indonesia
menjadi universal.
ciri-ciri
angkatan 33 ini yaitu:
(1). Tema
utama adalah persatuan.
(2).
Beraliran Romantis Idialis.
(3).
Dipengaruhi angkatan 80 dari negeri Bewlanda.
(4). Genre sastra yang paling banya
adalah roman, novel, esai, dan sebagainya.
(5). Karya sastra yang paling
menonjol adalah Layar Terkembang.
(6). Bentuk
puisi dan prosa lebih terikat oleh kaidah-kaidah.
(7). Isi
bercorak idealisme
(8).
Mementingkan penggunaan bahasa yang indah-indah.
3.
Angkatan 45
Angkatan 45
disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar atau angkatan kemerdekaan. Pelopor
Angkatan 45 pada bidang puisi adalah Chairil Anwar, sedangkan pelopor Angkatan
45 pada bidang prosa adalah Idrus. Karya Idus yang terkenal adalah Corat-Coret di Bawah Tanah
Karya-karya
yang lahir pada masa angkatan 45 ini sangat berbeda dari karya sastra masa
sebelumnya. Ciri khas
angkatan 45 ini yaitu bebas, individualistis, universalistik, realistik,
futuristik.
Karya sastra pada masa angkatan 45
ini adalah Deru Campur Debu (kumpulan puisi, 1949), Kerikil Tajam dan Yang
Terempas dan Yang Luput (kumpulan puisi, 1949), Tiga Menguak Takdir (kumpulan
puisi, 1950). Ketiga karya tersebut diciptakan oleh Chairil Anwar. Di samping
itu, karya sastra angkatan 45 lain adalah Surat Kertas hijau (kumpulan puisi)
karya Sitor Sitomorang, Bunga Rumah Makan (drama) karya Utuy Tatang Sontani,
Sedih dan Gembira (drama) karya Usmar Ismail, Surat Singkat Tentang Essai (buku
kumpulan Essai) karya Asrul Sani, Kesusasteraan Indonesia Modern Dalam Kritik
dan Essai (Kupasan kritik dan essai tentang sastra Indonesia) karya H.B.Jassin,
Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma (kumpulan cerpen) karya Idrus, Atheis
(roman) karya Achdiat Karta Miharja, Chairil anwar pelopor Angkatan 45 (essai)
karya H.B.Jassin, dan sebagainya.
4.
Angkatan 66’
Nama angkatan 66 dikemukakan oleh
H.B.Jassin. Angkatan 66 muncul di tengah-tengah keadaan politik bangsa
Indonesia yang sedang kacau. Kekacauan politik itu terjadi karena adanya teror
PKI. Akibat kekacauan politik itu, membuat keadaan bangsa Indonesia kacau dalam
bidang kesenian dan kesusatraan. Akibatnya kelompok lekra di bawah PKI bersaing
dengan kelompok Manikebu yang memegang sendi-sendi kesenian, kedamaian, dan
pembangunan bangsa dan Pancasila.
Ciri-ciri
Angkatan 66, yaitu tema protes sosial dan politik, bercorak realisme,
mementingkan isi, dan memperhatikan nilai estetis. Karya sastra yang paling
dominan pada angkatan 66 ini adalah puisi yang berbau protes.
Beberapa
karya sastra pada masa angkatan 66 antara lain Tirani (kumpulan puisi)
karya Taufik Ismail, Pahlawan Tak dikenal (kumpulan puisi) karya Toto
sudarto Bachtiar, Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan puisi) karya
W.S. Rendra, Malam Jahanam (drama) karya Motinggo Busye, Kapai-Kapai
(drama) karya Arifin C.Noer, Perjalanan Penganten (kisah) karya Ajip Rosidi,
Seks sastra kita (Essai) karya Hartoyo Andang Jaya, Pagar Kawat berduri (roman)
karya Toha Mohtar, Pelabuhan Hati (roman) karya Titis Basino, Pulang
(novel) karya Toha Mochtar, Robohnya Surau Kami (Cerpen) karya A.A.
Navis, Merahnya Merah, Koong, Ziarah (novel) karya Iwan
simatupang, Burung-Burung Manyar (novel) karya Y.B. Mangunwijaya, Harimau-Hariamau
(novel ) karya Mochtar lubis, Hati Yang Damai, Dua Dunia, Pada Sebuah
Kapal, La Barka, Namaku Hiroko (novel) karya N.H. Dini.
(http://ilmuwanmuda.wordpress.com/perkembangan-berbagai-bentuk-sastra-indonesia/
)